Peran Prioritas Industri Air Conditioning dan Refrigerasi di Indonesia

15 02 2008

Oleh : Agus Pamitran, Pelajar Indonesia di Chonnam National University, Korea

Dalam study tentang design ada sebuah hipotesis yang menerangkan empat koordinat solusi, yaitu solusi non-fungsional, fungsional, memuaskan, dan optimal. Dikatakan non-fungsional adalah bila ingin dibuat suatu perangkat tapi perangkat yang dibuat tersebut tidak bisa berfungsi sebagaimana designnya. Bila perangkat yang dibuat tersebut bisa bekerja dalam tingkat kemampuan kerja minimum, maka ia berada dalam koordinat solusi fungsional. Bisa disebut memuaskan bila perangkat yang dibuat mampu memberikan kepuasan pada penggunanya. Sedangkan optimal adalah bila perangkat tersebut mampu bekerja secara optimal dalam beberapa aspek yang terkait dengannya. Dari keempat koordinat solusi dalam hipotesis tersebut, industri Air Conditioning dan Refrigerasi (AC&R) di Indonesia secara umum saat ini bisa dianggap masih berada pada koordinat fungsional. Ini bukan lebih karena Indonesia ketinggalan dalam teknologi AC&R, tapi lebih karena masih sangat tidak berimbangnya ratio peran AC&R yang ada dibandingkan dengan potensi perannya.

Ruang peran AC&R di Indonesia masih sangat luas, antara lain untuk gedung, tempat tinggal, industri makanan-minuman, pertambangan, pengolahan logam, kimia, tekstil, medis, konstruksi, dll. Dari itu semua, potensi peran terbesar untuk Indonesia adalah di sektor pertanian dan perikanan. Melihat sumber daya alam Indonesia yang sangat besar pada sektor ini, maka sepatutnya industri AC&R di Indonesia menempatkan potensi peran ini sebagai prioritas utama. Kalah bersaingnya produk pertanian dan perikanan Indonesia di dunia, dan bahkan di regional, salah satunya dikarenakan lemahnya sentuhan teknologi penyimpanan dan pengawetan produk-produk tersebut. Berbicara tentang penyimpanan dan pengawetan produk tentu bukan sekedar bicara tentang bagaimana membuatnya tahan lama, namun juga harus memperhatikan factor-faktor penting lainnya seperti: kelayakan, kesehatan, kualitas, dan ekonomis. Disinilah industri pertanian dan perikanan Indonesia harus beralih dari koordinat solusi fungsional ke koordinat memuaskan, untuk kemudian terus beralih ke koordinat optimal. Peralihan koordinat solusi ini termasuk di dalamnya adalah peran AC&R. Teknologi AC&R pada sektor pertanian dan perikanan harus mampu menjadi bagian dari peningkatan kepuasan konsumen; baik konsumen produk pertanian dan perikanan, maupun konsumen teknologi AC&R itu sendiri. Penyimpanan dan pengawetan dengan AC&R harus mampu meningkatkan nilai tambah produk yang bersangkutan. Sentuhan AC&R dapat memperlambat pembusukan produk karena perubahan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Penurunan temperatur yang sesuai dapat memperlambat aktivitas molekular dan mikrobial pada produk yang bersangkutan. Selain bisa memperpanjang usia penyimpanan produk, AC&R juga menunjang perluasan pasar produk.

Untuk produk-produk pertanian, buah-buahan dan sayur-mayur dari Indonesia masih belum banyak berdaya untuk bisa masuk dan bersaing di negara-negara lain. Termasuk di sini adalah buah dan sayuran yang masih segar dan yang diawetkan atau dikalengkan. Walau demikian, upaya untuk menumbuhkan daya saing sudah nampak. Di beberapa daerah di Indonesia penulis menjumpai pengembangan-pengembangan metode penyimpanan dan pengawetan produk-produk pertanian lokalnya. Tingkat cooling load produk yang bersangkutan, tingkat respirasinya, usia penyimpanannya, dan metode pendinginannya sudah mulai dikaji dan diaplikasikan. Setiap produk pertanian pasti memiliki physical property yang berbeda, yang ini menuntut ketersediaan informasi dan pengetahuan yang memadai tentang produk yang bersangkutan guna penanganannya. Indonesia bisa bercermin pada Korea yang sangat perhatian pada pengembangan buah persimmon-nya, termasuk dalam hal penyimpanan dan pengawetannya. Persimmon mungkin tidak terlalu menarik secara fisik, namun riset yang dalam dan berkesinambungan, pengemasan, dan juga kampanye pemasarannya yang baik mampu mengangkat buah ini mendapat ruang pasar yang cukup baik. Beberapa laporan menunjukkan bahwa saat ini Korea menjadi salah satu pusat riset dan pengembangan penting buah ini.

Produk perikanan Indonesia masih membuka pintu yang sangat lebar untuk dikelola dengan lebih baik. Yang penulis jumpai di lapangan, masih banyak nelayan-nelayan Indonesia yang terkendala dengan sarana penyimpanan ikan (berupa cold storage) sehingga menghambat mereka untuk bisa bekerja lebih optimal. Penyimpanan ikan dengan es balok masih banyak menjadi pilihan bagi nelayan-nelayan Indonesia. Metode ini bukannya sama sekali salah, namun keterbatasan metode ini banyak. Penyimpanan dengan es balok memiliki keterbatasan waktu sehingga nelayan tidak bisa terlalu jauh dan lama di tengah laut untuk terus menangkap ikan, padahal banyak jenis-jenis ikan yang laku di pasaran adanya di tengah laut. Resiko pembusukan datang bila cooling load dari ikan tidak mampu diatasi oleh es balok yang tersedia, terlebih bila cold storage-nya juga tidak mampu banyak menahan perambatan kalor dan infiltrasi udara luar. Berkaca lagi pada Korea, salah satu kunci penting baiknya taraf hidup nelayan mereka adalah karena alat kerja nelayan mereka dilengkapi dengan teknologi penunjang yang memadai. Dalam hal penyimpanan dan pengawetan, ikan tangkapan mereka sudah masuk dalam refrigerated storage sejak ditangkap (di kapal), selama transportasi darat, dan juga transportasi udara. Penanganan ikan segar berbeda dengan ikan irisan, berbeda pula dengan ikan yang sudah dikalengkan. Ini semakin membuka lebar ruang peran AC&R dalam upaya pengembangan perikanan Indonesia.

Keberhasilan dalam upaya penyimpanan dan pengawetan produk sangat ditentukan oleh metode dan sistem yang dipilih. Metode dan sistem yang dipilih tergantung pada property produk yang bersangkutan. Satu produk yang sama untuk hasil yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda, misalnya apakah produk tersebut memerlukan pendinginan hingga ke tingkat freezing atau hanya sebatas cooling pada temperatur tertentu. Kandungan sensible heat, latent heat, geometri, waktu cooling dan/atau freezing, tingkat kualitas yang diinginkan, biaya initial, biaya pengoperasian dan perawatan, automasi dan volume ruang adalah sebagian faktor pertimbangan penting dalam menentukan metode dan sistem pendinginan untuk penanganan suatu produk. Berikut ini beberapa metode yang bisa digunakan:

1. Freezing dengan Airblast

Dasar metode ini adalah pertukaran kalor dengan mekanisme convection. Udara dingin dari koil-koil pendingin dengan kecepatan tertentu disirkulasikan ke produk. Metode ini hampir sama dengan metode Forced-air Cooling, yaitu memanfaatkan udara dingin.

2. Freezing dengan Conduction

Produk diletakkan di atas atau di antara permukaan metal dingin. Perpindahan kalor melalui mekanisme conduction antara permukaan yang didinginkan oleh aliran refrigerant dengan produk.

3. Cryogenic Freezing

Produk didinginkan hingga di bawah -60oC. Refrigerant yang dipakai adalah nitrogen atau carbon dioxide. Pertukaran kalornya dengan mekanisme convective dan atau conduction.

4. Cryomechanical Freezing

Pertama produk ditangani dengan cryogenic freezing, dan kemudian dengan proses refrigerasi secara mekanis.

5. Hydrocooling

Air yang sudah didinginkan dengan koil-koil pendingin digunakan sebagai media pertukaran kalor dalam metode ini.

6. Vacuum Cooling

Dalam metode ini, air yang dikandung dalam produk dievaporasi cepat dengan cara diturunkan tekanannya.

Masing-masing metode di atas digunakan untuk produk tertentu dan untuk penanganan tertentu. Beban kalor selain datang dari produk yang bersangkutan, juga kalor dari material pendukung di dalam storage, kalor dari dinding storage, kalor dari infiltrasi, kalor dari penerangan dan peralatan lainnya yang ada di dalam storage. Freezer dan cooler bisa berperan sebagai tempat penyimpanan dan atau tempat proses pendinginan dalam waktu tertentu, tergantung keperluannya. Untuk proses pendinginan dalam waktu tertentu, produk bisa disusun berupa tumpukan atau digunakan ban berjalan. Proses ini juga bisa menjadi rangkaian dalam proses packaging.


Actions

Information

5 responses

21 02 2008
Maman Suhendra

Pak Pam, apa kabarnya nih ? Good article. Although I am not an engineer (i.e. not quite understand with some terms in the article), hope it will be useful for me. Still remember me, Maman from KDI School Year 2005?

28 02 2008
Agus Pamitran

Tentu masih ingat Pak. Salam untuk kawan-kawan alumni Korea di kantor Pak, semoga terus sukses.

21 03 2008
heru

Selamat Kenal Pak Pam, Saya Mau Tanya masalah AC Center. Soalnya belum paham apa itu AC Center.Bagaimana Pengoperasiannya dan Berapa besar Biayanya.Terimakasih sebelumnya atas penjelasan bapak

29 03 2008
Abdul Rohman Nuryadi

Salam kenal pak, saya seorang mahasiswa teknik mesin yang sedang menyusun tugas akhir tentang air conditioning. saya ingin meminta bantuan bapak.ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan tentang sistem air conditioning, diantaranya:
1. apakah dalam mendesain sebuah AC, nilai SHR (sensible heat ratio) sudah dapat ditentukan sebelum AC dibuat, atau nilai SHR ini muncul setelah AC selesai dibuat dan diuji?
2. tentunya nilai SHR sangat berhubungan dengan desain evaporator, terutama jarak tiap sirip dan jumlah baris pipa, bagaimana cara menentukan desain evaporator ini dari nilai SHR yang sudah kita tentukan?
3.bagaimana rumus mencari SHR sebuah evaporator?
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

17 10 2012
Mala Sejahtera

Pada Era Reformasi dan Konseptual seperti sekarang, terutama pasca krisis ekonomi, kita dituntut untuk memutar otak buat memenuhi kebutuhanya. bagaimana caranya? ya dengan membuka usaha. kebanyakan orang membuka usaha sangatlah sulit karena banyak modal yg harus keluar. Bagi anda yang ingin memulai bisnis tanpa modal segeralah bergabung bersama kami. dan kita senyumkan Indonesia

Leave a comment